Dampak Corona Bagi UMKM


Nama : Ayunda Syifaul Aulia

Nim : 01219082

Kelas : Manajemen A-01
Nama Dosen : Hj. I.G.A Aju Nitya Dharmani SST, SE, MM



Semenjak wabah corona merebak di Indonesia dalam satu bulan terakhir, UMKM menjadi salah satu sub-sektor yang terdampak secara signifikan terutama untuk usaha berskala mikro. Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI membuat sebuah perhitungan yang memperlihatkan bahwa penyebaran virus corona akan menghantam UMKM yang selama ini menopang aktivitas sektor pariwisata terutama yang berkaitan dengan makanan, minuman, serta usaha kerajinan kayu dan rotan.


Lingkup UMKM yang bergerak pada jenis usaha makanan dan minuman mikro yang terdampak berada di kisaran 27%. Sementara itu, untuk usaha makanan dan minuman berskala kecil terdampak sekitar 1,77%, sedangkan usaha berskala menengah terdampak cukup minim karena hanya berpresentasI sekitar 0,07%. Selain itu, UMKM yang menggeluti usaha kerajinan berbahan dasar kayu dan rotan juga akan terdampak cukup signifikan. Sekitar 17,03% usaha mereka akan mengalami dampak langsung akibat pandemi.


Gejala akan dampak negatif corona terhadap UMKM pelan-pelan mendekati kenyataan. Kementerian Koperasi dan UMKM merilis data aduan 1.332 UMKM yang tersebar di 18 provinsi mendapatkan dampak negatif akibat penyebaran virus corona. Dari jumlah tersebut, sekitar 917 UMKM (69%) mengalami penurunan omset penjualan.

Selain itu, sekitar 119 UMKM (9%) mengalami kesulitan distribusi barang produksi. Sekitar 179 UMKM (13%) mengalami kesulitan dalam akses terhadap modal usaha. Bahkan terdapat sekitar 50 UMKM (4%) yang mengalami penurunan produksinya secara drastis hingga tidak melanjutkan produksi untuk sementara waktu.


Meskipun belum merepresentasikan keseluruhan kondisi UMKM di Indonesia yang berjumlah di kisaran 59-62 juta usaha, kondisi UMKM yang tersebar di 18 provinsi dapat menjadi sampel atas kondisi secara menyeluruh bahwa UMKM di Indonesia mengalami tekanan yang cukup hebat karena adanya wabah tersebut.


Gejala memburuknya kondisi UMKM di Indonesia akibat pandemi ini sebenarnya bisa diantisipasi secara cepat. Mengingat, fenomena memburuknya UMKM juga dialami oleh negara lain dan memiliki kecenderungan persoalan yang sama dengan Indonesia.

Kajian OECD (2020) yang bertajuk Covid-19: SME Policy Response memperlihatkan bagaimana UMKM di berbagai negara harus mengalami beragam tekanan seperti pada sisi penawaran yang mengalami gangguan akibat risiko pekerja yang terjangkit corona. Kemudian terdapat pekerja yang berfokus pada anak-anak mereka karena sekolah ditutup. Lalu penerapan social distancing para pekerja mengganggu aktivitas produksi dan distribusi produk UMKM. Belum lagi distribusi pasokan barang mentah untuk produksi UMKM juga tersendat akibat pemberlakuan penutupan wilayah dan pengurangan aktivitas pengiriman barang.
Dari sisi permintaan, UMKM secara drastis mengalami penurunan dari para konsumen. Akibat wabah, para konsumen mengalami kondisi psikologis takut tertular penyakit sehingga mengurung diri di dalam rumah. Kondisi tersebut tentunya akan berdampak pada penurunan pendapatan yang secara tidak langsung mengurangi pengeluaran dan pola konsumsi mereka.

Penyebaran virus juga mengganggu UMKM yang beroperasi lintas batas atau antarnegara karena pasokan barang mentah untuk produksi yang bersumber dari luar negeri mengalami gangguan karena blokade dan pengurangan aktivitas transportasi regional di lingkup darat, laut, dan udara. Selain itu, permintaan produk UMKM secara global juga mengalami penurunan terutama yang berkaitan dengan sektor pariwisata karena kunjungan ke berbagai destinasi wisata mengalami penurunan secara drastis.


#NarotamaJaya
#BanggaNarotama
#ThinkSmart
#GenerasiEmas
#SuksesItuAku
#PebisnisMuda

Komentar

Postingan populer dari blog ini